Ayrton Senna.jpg

Ayrton Senna, Pembalap F1 Legendaris yang Tragis di Sirkuit Imola

Selasa, 26 Maret 2019 10:00 | Galih Pratama

Pada 1 Mei 1994, penggemar ajang balap mobil formula one (F1) dikejutkan dengan kabar kecelakaan balapan yang merenggut nyawa pembalap kebangsaan Brazil, Ayrton Senna. Pembalap andal yang tergabung dalam Tim Williams ini mengalami kecelakaan tragis di gelaran Grand Prix (GP) San Marino yang berlangsung di Sirkuit Imola, Italia.

Kematian pembalap kelahiran 21 Maret 1960 ini, bagai petir di siang bolong bagi pencinta balap F1 di seluruh dunia, khususnya warga Brazil. Kecelakaan tragis Senna terjadi saat balapan berlangsung di lap ketujuh di Sirkuit Imola. Mendekati tikungan Tamburello, mobil yang dikendarai Senna keluar lintasan dan menabrak pagar beton tanpa pembatas. Nyawa Senna pun tak bisa tertolong.

Di balik kisah kecelakaan yang tragis tersebut, Otopedia kali ini ingin mengenang kembali perjalanan karier Senna di ajang mobil F1. Dilansir dari kumparan.com, Selasa (26/3/2019), sejak kecil bakat balap Senna sudah terlihat. Pada usia 13 tahun, Senna remaja mulai berkompetisi di berbagai ajang karting.

[Baca Juga: Lebih Dekat dengan Tatiana Calderon, Pembalap Wanita Pertama di Ajang F2]

Senna terus mengembangkan sekaligus mengasah kemampuan balapnya dengan mulai berkomptesi di English Formula 1600 Championship 1981. Di awal debutnya, Senna berhasil memenangkan 12 dari 20 balapan yang diikutinya.

Selang dua tahun, ia memenangkan British Formula 3 Championship dengan membukukan 13 kemenangan, 9 di antaranya kemenangan berturut-turut, dari total 21 balapan. Capaian itu membuatnya dijuluki pembalap muda paling berbakat kala itu.

Karier F1

Pada 1984, jadi awal perjalanan Senna berkiprah di balapan F1. Kala itu, dia bergabung dengan tim Toleman. Debutnya langsung menyedot banyak perhatian publik dengan prestasi yang disabetnya. Prestasi ini ternyata membuat Senna banyak dilirik tim besar.

Adalah McLaren, salah satu tim terbaik F1 kala itu berhasil mendapatkan tanda tangan Senna pada 1988. Senna resmi menjadi rekan satu tim pembalap terbaik McLaren lainnya, yakni Alain Prost. Kiprah duet Senna dan Prost kala itu mampu memborong 15 kemenangan dari 16 lomba. Senna membukukan 8 kemenangan, sementara Prost 7.

Hasilnya, Senna pun dinobatkan sebagai juara dunia F1 musim 1988. Dua tahun kemudian, kembali keduanya bersaing ketat. Kali ini Prost sudah berbaju tim Ferrari dan Senna berhasil mengalahkan Prost, serta merebut gelar juara dunia F1 untuk keduanya.

[Baca Juga: Mengenal Alexandra Asmasoebrata Pembalap Gokart Pertama Indonesia]

Pada 1991, persaingan Senna dan Prost kembali berlanjut. Berkat determinasi dan kegigihannya, Senna kembali dinobatkan menjadi juara F1 untuk ketiga kalinnya. Persaingan Senna dan Prost tersebut menjadi duel terhebat sepanjang sejarah gelaran F1.

Atas prestasinya tersebut, dilansir dari okezone.com, sejumlah julukan pun disematkan Senna. Dia dikenal sebagai pembalap andal di lintasan basah dengan julukan ‘The Rain Man’. Tak hanya itu, dia juga dijuluki Master of Monaco karena berhasil menjuarai GP Monaco yang berlangsung di Sirkuit Montreal enam kali.

Meski dunia telah kehilangan sosoknya, Ayrton Senna menjadi catatan sejarah pembalap legendaris yang selalu ‘hidup’ dalam hati penggemarnya. Bahkan, menjadi inspirasi bagi sebagian pembalap F1 saat ini.

Artikel Lainnya

/media/images/Alinka-Hardianti.original.jpg

Kiprah Tiga Kartini Modern yang Jago di Balik Kemudi