Aquaplaning.jpg

Musim Hujan, Waspada Bahaya Aquaplaning

Selasa, 5 November 2019 17:00 | Galih Pratama

OTOTIPS – Musim hujan sudah tiba. Bagi para pengendara mobil maupun motor sepertinya harus lebih waspada saat berkendara. Mengingat saat permukaan jalan basah atau bahkan tergenang, banyak potensi kecelakaan yang mengancam. Salah satunya yang diakibatkan dari efek aquaplaning. Apa sebenarnya aquaplaning?

Melansir auto2000, Selasa (5/11/2019), aquaplaning atau hydroplaning merupakan kondisi saat ban tidak mendapatkan traksi pada permukaan jalan karena terhalang lapisan air. Aquaplaning memang lebih berpotensi terjadi saat kondisi hujan, tapi tak menutup kemungkinan bisa juga menimpa pengendara ketika jalanan basah setelah diguyur hujan.

Aquaplaning disebabkan oleh banyak faktor. Misalnya kecepatan yang terlalu tinggi saat melewati genangan air atau kondisi ban yang sudah tak sehat. Pasalnya, pada saat di permukaan datar sekalipun, genangan air setinggi 1 centimeter saja bisa menjadi lapisan film yang memisahkan permukaan ban dan jalan.

[Baca Juga: 5 Tanda Ban Mobil Harus Segera Diganti]

Lapisan film ini akan mengurangi cengkraman ban dari permukaan jalan. Jika dianalogikan, saat berkendara dengan kecepatan tinggi melewati genangan air seperti batu tipis yang dilempar ke permukaan danau. Pada kondisi seperti itulah sangat sulit sekali mengendalikan kemudi dan bisa berujung kecelakaan.

"Saat terlalu cepat, ya selip. Jadi antisipasinya begitu jalan basah, kurangi kecepatan, ada genangan air kurangi kecepatan. Kalau kita lalai, teknik recovery-nya yang pertama jangan mengerem, lalu mengarahkan roda depan ke arah selip," ujar Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu seperti dilansir cnnindonesia.com.

Selain itu, lanjutnya, pengemudi dilarang menggunakan teknik engine brake untuk mengurangi kecepatan kendaraan. Selepas aquaplaning penting halnya untuk membebaskan semua roda mobil dari hambatan.

Khususnya pada mobil transmisi manual, pengemudi harus sigap injak kopling. Sementara pada mobil matik segera pindahkan tuas transmisi dari posisi D (Drive) ke N (Netral) ketika tanda-tanda aquaplaning terjadi.

“Bila lari ke kiri, setir tekuk ke kiri, baru di-counter ke kanan, ini dilakukan berkali-kali sambil menekan kopling. Tujuannya memutuskan tenaga mesin ke roda dan membuat putaran roda-roda bebas sehingga kecepatan putaran roda akan sama dengan momentum," jelas Jusri.

[Baca Juga: Ini Bedanya Sistem Penggerak Roda 4WD dan AWD]

Untuk pengereman sendiri bisa dilakukan ketika kendaraan sudah dalam posisi bisa dikendalikan oleh si pengemudi.

Kondisi Ban

Selain harus piawai dalam teknik pengereman, kondisi ban kendaraan juga harus menjadi perhatian penting bagi pemilik mobil untuk menghindari potensi aquaplaning. Pasalnya, kondisi ban juga akan berpengaruh besar terhadap terjadinya aquaplaning.

Kembang ban atau alur ban berfungsi sebagai jalur air ketika melewati jalanan basah sehingga daya cengkram ban stabil. Apabila kembang ban sudah mulai tipis, otomatis daya cengkram ban pada jalan akan berkurang dan berpotensi terjadinya aquaplaning.

Artikel Lainnya

/media/images/Otonew-Ini-Bedanya-Mobil-Biasa-dan-Hybrid-Galih.original.jpg

Tips Mudah Merawat Mobil Hybrid

/media/images/Kendaraan-Niaga-Mercedes-Benz.original.jpg

Tips Merawat Kendaraan Niaga Selama Tak Beroperasi

/media/images/Minyak-Rem.original.jpg

Tanda-tanda Minyak Rem Mobil Wajib Diganti